Jangan Rayakan tahun baru Masehi
Perbandingan Tahun Baru Hijriyah vs Tahun Baru Masehi dalam Perspektif Islam
Dalam perspektif Islam, Tahun Baru Hijriyah dan Tahun Baru Masehi memiliki perbedaan mendasar, baik dari segi penentuan waktu, makna spiritual, maupun hukum syariat. Berikut adalah penjelasan ilmiah yang disertai dalil-dalilnya:
1. Tahun Baru Hijriyah
Tahun Baru Hijriyah ditandai dengan awal bulan Muharram, berdasarkan kalender lunar (qamariyah). Kalender ini ditetapkan pada masa Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah sebagai awal perhitungan.
Makna Spiritual Tahun Baru Hijriyah
Tahun Baru Hijriyah memiliki makna yang dalam bagi umat Islam:
1. Momentum hijrah: Mengingatkan umat Islam tentang makna hijrah, yaitu perpindahan dari kondisi yang buruk menuju kondisi yang lebih baik.
2. Muhasabah (introspeksi diri): Sebagai waktu untuk merenungkan amal perbuatan selama satu tahun dan memperbaiki diri ke depannya.
Dalil-Dalil
1. Penentuan Kalender Qamariyah
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi; di antaranya empat bulan haram."
(QS. At-Taubah: 36)
Bulan Muharram termasuk salah satu dari empat bulan haram, di mana umat Islam dilarang melakukan peperangan, dan dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah.
2. Keutamaan Muharram
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah, Muharram."
(HR. Muslim, no. 1163)
2. Tahun Baru Masehi
Tahun Baru Masehi berdasarkan kalender solar (syamsiyah), yang dihitung dari rotasi bumi mengelilingi matahari. Kalender ini digunakan secara global sebagai standar internasional. Tahun baru Masehi dimulai pada tanggal 1 Januari, yang dalam sejarahnya terkait dengan tradisi Romawi.
Pandangan Islam terhadap Tahun Baru Masehi
1. Hukum Merayakan
Islam tidak melarang umatnya menggunakan kalender Masehi untuk keperluan administrasi dan sosial. Namun, terkait perayaan Tahun Baru Masehi, para ulama menilai hal ini perlu dilihat dari sudut syariat.
Jika perayaan tersebut mengandung unsur maksiat, seperti pesta yang melanggar syariat, maka hukumnya haram.
Jika sekadar ucapan atau acara tanpa melanggar syariat, sebagian ulama membolehkan dengan syarat tidak menyerupai tradisi agama lain (tasyabbuh).
2. Dalil Tasyabbuh
Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka."
(HR. Abu Dawud, no. 4031)
Makna Tahun Baru Masehi bagi Muslim
Bagi umat Islam, pergantian tahun Masehi sebaiknya dijadikan momentum introspeksi, bukan sekadar perayaan. Tidak ada dalil khusus dalam Islam yang menganjurkan atau melarang memperingati Tahun Baru Masehi, asalkan tidak melanggar syariat.
3. Perbedaan Utama: Tahun Baru Hijriyah vs Tahun Baru Masehi
4. Rujukan Kitab dan Ulama
1. Kitab Tafsir Ibnu Katsir (QS. At-Taubah: 36)
2. Kitab Riyadhus Shalihin oleh Imam Nawawi, bab keutamaan Muharram.
3. Fatwa Ulama Kontemporer seperti Syekh Muhammad Shalih al-Utsaimin dalam Fatawa Nurun ‘ala al-Darb.
Kesimpulannya, Islam memandang Tahun Baru Hijriyah sebagai momen penting untuk muhasabah dan meningkatkan kualitas ibadah, sementara Tahun Baru Masehi tidak memiliki dasar keagamaan, dan perayaannya harus disesuaikan dengan syariat Islam.
Redaksi: Islamictekhnotv.com
Posting Komentar untuk "Tahun Baru Hijriyah Vs Tahun Baru Masehi"